TpM0GpApBUd7GpY0GSC5GfA7GA==

Mengupas Tuntas Weton Ahad Legi (Minggu Legi): Watak Teliti, Jalan Rezeki, dan Jodoh yang Serasi Berdasarkan Primbon Jawa Kuno

Ramalan weton Ahad Legi (Minggu Legi) menurut Primbon. Bongkar watak teliti, jalur rezeki, dan neptu jodoh yang serasi. Pelajari perhitungan Neptu 10.

Ilustrasi karakter weton Ahad Legi. (Generatif Gemini)
Ilustrasi karakter weton Ahad Legi. (Generatif Gemini)


BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Dalam tradisi perhitungan Jawa, weton Ahad Legi merupakan salah satu kombinasi hari dan pasaran yang membawa ciri khas mendalam, khususnya yang terkait dengan siklus wuku Manahil. Hari Ahad (Minggu) memiliki neptu 5, dan pasaran Legi memiliki neptu 5. Berdasarkan perhitungan ini, jumlah neptu weton Ahad Legi adalah 10.

Penghitungan neptu ini menjadi dasar untuk meramalkan watak, peruntungan rezeki, hingga kecocokan jodoh, sebagaimana yang dijelaskan dalam berbagai kitab primbon, termasuk naskah-naskah kuno seperti yang dirangkum dalam Primbon Pawukon Bayi Lahir dan Pawukon Padmasusastra.

Weton Ahad Legi berada di bawah pengaruh Wuku Manahil. Menurut Primbon Pawukon Bayi Lahir, Wuku Manahil dilambangkan oleh Dewa Pitragati. Selain itu, berdasarkan Pawukon, Padmasusastra, Manahil juga dikaitkan dengan Dewa Guru (pada hitungan Dangu Tungle) dan Dewa Yama (pada hitungan Aryang Nohan). Lambang kayu untuk Wuku Manahil adalah pohon mentaos. Simbol burungnya adalah sikatan—sejenis burung kacer yang lincah dan cekatan dalam terbangnya.

Weton ini juga sering dikaitkan dengan perhitungan-perhitungan penting lainnya. Misalnya, dalam perhitungan Sri Sadana yang berfungsi untuk berdagang, orang sakit, dan mencari obat, Ahad Legi (Neptu 10) memiliki letak Sri di Selatan, Sadana di Barat, dan Pati di Utara. Sementara itu, dalam perhitungan untuk perjodohan berdasarkan neptu yang dibagi 7, hasil sisa 3 atau 4 merupakan yang baik.

Watak dan Kepribadian Ahad Legi

Watak dan kepribadian seseorang yang lahir pada weton Ahad Legi merupakan perpaduan antara sifat hari Ahad, pasaran Legi, dan pengaruh Wuku Manahil.

Menurut Primbon Pawukon Bayi Lahir, Wuku Manahil melambangkan kebiasaan sangat teliti dalam segala hal. Namun, orang yang berada di bawah lambang Dewa Pitragati (lambang Manahil) memiliki makna bahwa ia mudah tertusuk perasaannya. Pembicaraannya cenderung ceroboh, kurang hati-hati. Watak-watak ini saling melengkapi dan terkadang bertentangan.

Secara umum, watak Ahad (Minggu) diibaratkan sebagai peredaran matahari. Orang yang lahir di hari Ahad memiliki watak ikhlas dalam segala sesuatu terhadap sanak keluarga, keras kemauan, cinta kasih kepada sesama teman, pembersih, dan pandai berbicara. Menurut Primbon Sabda Pandita, watak Ahad adalah Samudana, yang berarti baik hanya di luarnya saja, mudah meniru, dan berwatak tua.

Pasaran Legi, yang memiliki neptu 5, melambangkan watak pemaaf, sanggup, ikhlas, serta suka menjamu orang dengan memuaskan. Watak Legi diibaratkan Raja atau Bupati, yaitu pandai memelihara sanak keluarga. Orang Legi cenderung berhati-hati dan memiliki mata yang awas, seperti kucing yang mengintai.

Perpaduan neptu Ahad Legi (10) juga memberikan watak tersendiri. Menurut Primbon Sabda Pandita, orang yang lahir pada Ahad Legi memiliki watak lalèn (pelupa) dan kurang cakap dalam pemikiran. Namun, apabila ia menjadi pintar, ia melebihi kepintaran orang lain. Sayangnya, weton ini juga disebutkan karem madon (suka perempuan atau perbuatan menyimpang/ngiwa).

Watak Ahad Legi juga digambarkan sebagai orang yang menjadi kebanggaan keluarganya, suka merawat barang miliknya, dan suka menonjolkan kebaikannya. Namun, mereka juga cenderung tidak memperdulikan kebaikan orang lain dan seringkali suka menyesal.

Berdasarkan perhitungan Lakuning Lintang (yang biasanya dikaitkan dengan neptu 10), wataknya pendiam, banyak akal, pemikirannya baik, dan menghargai dirinya selamat.

Karier dan Rezeki Ahad Legi

Peruntungan karier dan rezeki weton Ahad Legi ditandai dengan kecerdasan dalam berusaha, meskipun terkadang rezeki datang dengan tantangan.

Sifat Pekerjaan dan Usaha: Lambang burung sikatan pada Wuku Manahil bermakna bahwa usaha orang tersebut berganti-ganti, dijalankan penuh perhitungan, dan ia adalah sosok yang trampil. Secara umum, orang yang lahir pada hari Ahad disarankan untuk bercocok tanam dan bertukang (yaitu bekerja dengan keterampilan/keahlian fisik).

Dalam konteks spiritual dan keberuntungan, weton Ahad Legi (Neptu 10) jatuh pada perhitungan Pantja-Suda yang memiliki beberapa interpretasi:

1. Satrija-Wirang: Jika dihitung dengan Pantja-Suda Asli (yang cenderung digunakan oleh Primbon Sabda Pandita), neptu 10 jatuh pada Satrija-Wirang. Watak Satrija-Wirang berarti sering kasusahan, tetapi kalis (terhindar) dari wisa (racun), dan tetap rahayu.

2. Macan Katawan: Menurut perhitungan Pantja-Suda ing Pawukon, neptu 10 jatuh pada Macan Katawan. Watak Macan Katawan berarti sedang atau dihormati/disegani.

Arah Keberuntungan dan Mencari Nafkah: Untuk mencari rezeki atau sandang pangan, weton Ahad Legi perlu memperhatikan arah keberuntungan.

Menurut perhitungan Sri Sadana (No. 160 dalam Primbon Betaljemur Adammakna), arah rezeki Ahad Legi adalah:

• Sri (Rezeki Berlimpah): Selatan.

• Sadana (Kesejahteraan): Barat.

Arah kejayaan hidup (di mana pekerjaan, berdagang, atau mencari rezeki akan berhasil) untuk neptu 10 adalah Selatan. Jika hendak mencari nafkah (berdagang/berjualan), arah yang baik untuk hari Ahad Legi adalah Selatan.

Namun, perlu diperhatikan juga adanya makna Aras Pepet dan Sumur Sinaba pada Ahad Legi. Watak Sumur Sinaba (neptu 10) bermakna menjadi sumber pengetahuan/tempat bertanya. Sedangkan Aras Pepet bermakna tertutup. Ahad Legi juga dikaitkan dengan Sumêngkaning Srigati, yang berarti rahayu untuk mengunggah (menaikkan) padi ke lumbung. Ini menyarankan bahwa peruntungan finansial terkait erat dengan hasil bumi dan pertanian, atau menjadi tempat bernaung/referensi bagi banyak orang.

Jika orang Ahad Legi menjalankan tirakat, menurut wuku Manahil (No. 23 dalam Primbon Jawa Pawukon), mereka yang lahir pada Ahad Legi, jika menjaring burung akan cepat memperoleh buruan.

Jodoh yang Cocok untuk Ahad Legi

Perhitungan jodoh dalam Primbon Jawa sangat bergantung pada neptu kedua calon pasangan, yang dalam hal ini Ahad Legi memiliki neptu 10.

Untuk menemukan kecocokan, neptu 10 dapat dipasangkan dengan neptu lain dan dilihat hasil sisanya (dibagi 9 atau 7) atau dilihat wataknya (melalui Pantja-Suda).

Kecocokan Berdasarkan Neptu: Meskipun tidak ada tabel neptu langsung 10 dibagi 9 atau 7, kita dapat menggunakan prinsip umum dan watak yang sesuai.

Pasangan yang umumnya direkomendasikan untuk neptu genap 10 adalah weton dengan neptu genap seperti 8 atau 16.

Jika menggunakan perhitungan Pantja-Suda untuk pasangan suami/istri (dibagi 7), neptu 10 akan menghasilkan sisa 3, yang jatuh pada Dana (rezeki banyak). Ini berarti Ahad Legi memiliki rezeki yang baik dalam pernikahan.

Watak Pasangan yang Sesuai: Mengenai watak dalam pernikahan, neptu 10 (Ahad Legi) jika dipasangkan dengan pasangan yang wataknya cocok bisa mencapai:

• Wasésa Sagara: Pemberi maaf, berbudi baik, besar pribadinya, berwibawa, lapang dada.

• Tunggak Semi: Banyak rezeki, senang bercekcok tetapi meskipun dipapas akan tumbuh lagi.

• Satriya Wibawa: Memperoleh kemuliaan dan keluhuran.

Wanita yang lahir pada Ahad Legi memiliki watak mengerti kehendak suami, banyak untung, dan dapat membantu suaminya. Namun, ia juga kurang berbakti dan sedikit berani terhadap suami.

Pasangan yang memiliki neptu sama (10) dapat menghasilkan Wasésa Sagara, yang berarti mereka akan saling memaafkan dan memiliki wibawa. Namun, dalam perhitungan lain yang menggunakan pembagian 5, neptu 10 bersisa 5 (Wiji Tengah), yang memiliki watak: pria/wanita yang bekerja apapun dapat memperoleh kebahagiaan.

Secara ringkas, menurut perhitungan jodoh dalam tradisi Jawa, pasangan dengan weton Ahad Legi sebaiknya mencari pasangan yang dapat menyeimbangkan watak teliti dan kerasnya (Ahad) dengan sifat yang sabar dan pemaaf, demi mencapai keharmonisan dan kemuliaan hidup bersama (Satriya Wibawa).

Daftar Pustaka

Anonim. (1895). Boekoe primbon adoe djago (Tjitakan jang kadoewa). ALBRECHT & RUSCHE.

Anonim. (1957). Primbon para wali impunan saka wewedjangane para wali ing tanah djawa (Tjetakan kedoea). Toko Buku Sadu Budi. (Tanggal diambil dari bagian Pambuka dalam dokumen).

Anonim. (t.t.). Primbon Aji Saka: Almanak Pawukon 1000 Taun. [Tidak ada penerbit].

Cakraningrat, P. H. (1994). Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Ny. Siti Woerian Soemadijah Norradyo). Soemodidjojo Mahadewa. (Tahun diambil dari tanggal pada Kata Pengantar).

Sutikno, D., Maharkresti, R. A., Sumarsih, S., & Wardoyo. (1988). Primbon pawukon bayi lahir. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tanojo, R. (1972). Primbon djawa pawukon. T.B. Peladjar.

Tanojo, R. (t.t.). Primbon sabda pandita: Primboné para ahli 'nudjum. TRIMURTI.

Wirapustaka, N. (1903). Sêrat pawukon saha panunggilanipun petang sanès-sanèsipun. Pahêman Radyapustaka.

0Komentar

Tambahkan komentar
© Copyright - primbon.babad.id

Info

  • Griya Lestari D3 12A, Ngaliyan, Kota Semarang
  • +628587503514
  • redaksibabad.id@gmail.com