![]() |
| Ilustrasi weton Rabu Pahing menurut Primbon Jawa. (Generatif Gemini) |
BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Tradisi Jawa, yang kaya akan ilmu perhitungan kosmik, mengenal istilah weton sebagai penentu takdir dan kepribadian seseorang. Weton adalah gabungan antara hari (Saptawara) dan pasaran (Pancawara) saat kelahiran. Salah satu weton yang menyimpan misteri dan kekuatan karakter yang unik adalah Rabu Pahing. Weton ini dihitung berdasarkan nilai neptu hari Rabu, yaitu 7, dan nilai neptu pasaran Pahing, yaitu 9, sehingga menghasilkan total neptu 16.
Weton dengan neptu 16 ini berada di bawah naungan Wuku Wugu. Memahami Rabu Pahing memerlukan telaah mendalam dari berbagai sumber pustaka kuno, seperti Kitab Betaljemur Adammakna, Primbon Pawukon Bayi Lahir, dan Serat Pawukon.
Watak dan Kepribadian Rabu Pahing
Weton Rabu Pahing memiliki kompleksitas watak yang mencerminkan perpaduan unsur hari Rabu (Peredaran Bumi) dan pasaran Pahing (Jalan Harimau).
Watak Berdasarkan Hari dan Pasaran: Menurut sumber, watak orang yang lahir pada hari Rabu diibaratkan sebagai jalannya Bumi (Bumi pinetak). Watak dasarnya adalah Sembada, yang berarti berani, tidak kekurangan rezeki, dan jika baik, kebaikannya terkadang terlalu berlebihan. Namun, dalam konteks lain, Sembada juga diartikan sebagai "kumudu pantes sabarang gawé" (harus pantas dalam segala perbuatan), namun rada sembrono (sedikit ceroboh) tetapi momot (mampu menanggung).
Sementara itu, orang yang lahir pada pasaran Pahing memiliki adat kebiasaan ibarat jalan harimau. Watak Pahing adalah Melikan, yang berarti memiliki keinginan besar untuk memiliki apa saja yang terlihat. Mereka suka menyendiri dan berbaring, serta tertib dan pembersih dalam hal tugas kewajiban. Sayangnya, harta mereka acapkali dicuri orang dan jarang ditemukan kembali.
Karakter Weton Rabu Pahing (Neptu 16): Kombinasi Rabu dan Pahing melahirkan watak yang menonjolkan diri. Menurut Primbon Pawukon Bayi Lahir, orang kelahiran Rabu Pahing (Wuku Wugu) memiliki tabiat angkuh. Mereka digambarkan sebagai individu yang mudah menyerang kata-kata, pendiam, dan memiliki rasa hati yang tajam.
Sifat lain yang menonjol adalah suka menyepi (tidak suka berunding) dan cenderung menjalankan satu jenis tugas dengan keinginan agar hasilnya sempurna. Mereka juga sering membanggakan kebajikan sendiri. Dalam Primbon Sabda Pandita, watak Rabu Pahing diistilahkan sebagai munggah umpakan (naik undakan), yang merujuk pada sifat tidak mau tersaingi (lumuh kaungkulan), keras pendirian, dan cepat berpikir keras (cetekan pikir banter). Mereka juga digambarkan sebagai sosok yang gemi (hemat).
Wuku Wugu, yang menaungi weton ini, memiliki Dewa Betara Sujalma. Lambang burungnya, Suwak, melambangkan watak yang suka menyepi dan selalu berwajah cerah periang saat bekerja. Gedungnya tertutup pintu belakang, dan pohon lambangnya adalah batang bendha.
Karier dan Rezeki Rabu Pahing
Ramalan rezeki dan karier Rabu Pahing memiliki dinamika yang menarik, tergantung pada sistem perhitungan yang digunakan. Meskipun neptu 16 tergolong besar, interpretasinya bervariasi.
Ramalan Berdasarkan Panca Suda: Neptu 16 dapat menghasilkan penafsiran yang berbeda dalam perhitungan Panca Suda (dibagi 7) dan Pantja-Suda ing Pawukon (dibagi 7).
1. Pantja-Suda Asli: Neptu 16 jatuh pada Satrya-Wirang. Watak ini mengindikasikan bahwa hidupnya sering mengalami kesusahan (kerep kasusahan), namun kalis dari bahaya (kalis ing wisa) dan hartanya selamat (rahaju darbèni).
2. Pantja-Suda ing Pawukon: Neptu 16 jatuh pada Wasesa-Sagara. Watak ini sangat baik, karena berarti sugih ngapura (kaya maaf/lapang dada), jembar budi (luas budinya), dan besar wibawa.
3. Panca Ringkes (Rakam): Dalam tabel Panca Ringkes (Rakam), Rabu Pahing (7+9=16) menghasilkan bilangan 9 (dibuang 6 sisa 3). Bilangan 3 ini dapat diinterpretasikan sebagai Sanggar Waringin, yang berarti "kenging ingauban" (bisa menjadi tempat bernaung/perlindungan bagi keluarganya).
Fluktuasi Nasib Berdasarkan Usia: Menurut Primbon Pawukon Bayi Lahir, keberuntungan hidup Rabu Pahing bersifat siklus:
• Masa Jaya (berhasil/disegani) terjadi sejak lahir hingga usia 16 tahun.
• Diikuti masa Bencana (Sengkala, kegagalan/rintangan) dari usia 17 hingga 26 tahun.
• Kemudian, masa Sri (hidup senang, serasi, tenang) dimulai pada usia 27 hingga 39 tahun.
• Di usia 40 hingga 52 tahun, mereka memasuki masa Rejeki.
• Dan terakhir, masa Untung (Bejo, segala usaha mendatangkan untung) berlangsung dari usia 53 hingga 63 tahun.
Usaha dan Pekerjaan yang Disarankan: Meskipun wataknya cenderung menyepi, Rabu Pahing memiliki potensi rezeki yang kuat. Menurut Primbon Jawa Pawukon, usaha yang cocok bagi orang kelahiran Rabu Pahing (Wuku Wugu) adalah menjadi kemasan (pengusaha emas) dan berjualan bambu. Sementara itu, bagi mereka yang lahir pada hari Rabu, wataknya adalah memiliki rezeki yang tidak kurang. Jika hendak bepergian untuk mencapai keberhasilan, weton Rabu Pahing disarankan menghadap ke Selatan atau ke Timur.
Hari Naas (Taliwangke): Penting dicatat bahwa Rabu Pahing adalah hari Taliwangke pada bulan Sura (tanggal 17, 27, 11, dan 14). Jika hajatan pernikahan dilakukan pada hari Taliwangke, disebutkan akan timbul halangan yang lebih besar. Dalam Wuku Landep, hari Rabu Pahing (neptu 16) adalah hari yang buruk (Ala) untuk bepergian, tetapi baik untuk membuat jala, seser, atau bronjong.
Jodoh yang Cocok untuk Rabu Pahing
Dalam urusan asmara dan pernikahan, perhitungan weton digunakan untuk melihat keserasian dan potensi kebahagiaan rumah tangga. Perhitungan jodoh utama didasarkan pada jumlah neptu kedua pasangan.
Kecocokan Neptu: Secara umum, weton Rabu Pahing (neptu 16) akan menemukan pasangan yang ideal jika total neptu gabungan mereka (suami dan istri) menghasilkan sisa pembagian yang baik.
Jika menggunakan perhitungan dibagi 7 (yang menyisakan Sri, Dana, Lara, Pati, Lungguh), sisa yang baik adalah Sri dan Dana.
Jika menggunakan perhitungan yang membagi neptu total dengan 9:
• Neptu 16 dibagi 9 menghasilkan sisa 7, yang artinya Sengsara. Dalam konteks ini, sengsara berarti "banyak musuh".
Karena hasil neptu 16 cenderung jatuh pada sisa yang kurang baik (Sengsara/Pati) dalam beberapa perhitungan, maka pasangan yang dicari adalah yang dapat menyeimbangkan neptu total menjadi:
1. Neptu 13 (6+7 atau 7+6 atau 8+5 atau 9+4): Jika Rabu Pahing (16) bertemu neptu 13, totalnya 29. Dalam perhitungan dibagi 9, sisa 2, yang berarti Murah Rejeki atau Banyak Rezeki.
2. Neptu 11 (3+8 atau 4+7 atau 5+6): Jika Rabu Pahing (16) bertemu neptu 11, totalnya 27. Dalam perhitungan dibagi 9, sisa 0 atau 9, yang berarti Banyak Celaka (Serba berlebihan, juga Serba Sial).
3. Neptu 16 (7+9 atau 8+8 atau 9+7): Jika Rabu Pahing (16) bertemu neptu 16, totalnya 32. Dalam perhitungan dibagi 9, sisa 5, yang berarti Mengalami Keberuntungan yang terus-menerus atau Rejeki Murah.
Weton yang Cocok (Neptu 13): Pasangan yang memiliki neptu 13 adalah:
• Minggu Kliwon (5+8=13)
• Jumat Pon (6+7=13)
• Sabtu Wage (9+4=13)
Weton yang Cocok (Neptu 16): Pasangan yang memiliki neptu 16 adalah:
• Rabu Pahing (7+9=16)
• Kamis Kliwon (8+8=16)
• Sabtu Pon (9+7=16). Catatan: Jika Rabu Pahing (16) bertemu Sabtu Pon (16), totalnya 32. Dibagi 9 sisa 5, yang berarti Murah Rejeki.
Kesimpulan Kecocokan: Meskipun neptu 16 dapat jatuh pada Sengsara atau Nuju Pati dalam beberapa metode (seperti hasil bagi 9 atau Panca Ringkes), keberuntungan terbesar ditemukan jika Rabu Pahing berpasangan dengan neptu 13 (menghasilkan 29, Murah Rejeki) atau neptu 16 (menghasilkan 32, Murah Rejeki), menurut Kitab Betaljemur Adammakna.
Watak Pasangan (Kebutuhan Emosional): Mengingat watak Rabu Pahing yang angkuh (munggah umpakan), pendirian kuat, dan ingin sempurna dalam pekerjaan, mereka membutuhkan pasangan yang sabar, lembut, dan mampu mengimbangi tanpa memicu pertengkaran.
Wanita yang lahir pada hari Rabu Pahing cenderung pemalas, iri, dan cemburuan. Namun, pria Rabu Pahing yang berkarakter Wasesa Sagara (luas budi) dapat menjadi pelindung bagi keluarganya, asalkan pasangannya mampu menerima sifatnya yang tajam rasa hati.
Perhitungan jodoh yang disarankan oleh Para Wali adalah dengan mencari neptu ganjil untuk pasangan Rabu Pahing (16/genap), namun jika ditemukan kecocokan (rudjuk) pada pasaran yang sama (Pahing), ini juga bisa menjadi penanda jodoh.
Daftar Pustaka
Anonim. (1895). Boekoe primbon adoe djago (Tjitakan jang kadoewa). ALBRECHT & RUSCHE.
Anonim. (1957). Primbon para wali impunan saka wewedjangane para wali ing tanah djawa (Tjetakan kedoea). Toko Buku Sadu Budi. (Tanggal diambil dari bagian Pambuka dalam dokumen).
Anonim. (t.t.). Primbon Aji Saka: Almanak Pawukon 1000 Taun. [Tidak ada penerbit].
Cakraningrat, P. H. (1994). Kitab Primbon Betaljemur Adammakna (Terjemahan Bahasa Indonesia oleh Ny. Siti Woerian Soemadijah Norradyo). Soemodidjojo Mahadewa. (Tahun diambil dari tanggal pada Kata Pengantar).
Sutikno, D., Maharkresti, R. A., Sumarsih, S., & Wardoyo. (1988). Primbon pawukon bayi lahir. Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Tanojo, R. (1972). Primbon djawa pawukon. T.B. Peladjar.
Tanojo, R. (t.t.). Primbon sabda pandita: Primboné para ahli 'nudjum. TRIMURTI.
Wirapustaka, N. (1903). Sêrat pawukon saha panunggilanipun petang sanès-sanèsipun. Pahêman Radyapustaka.
