Mengungkap Misteri Weton Sabtu Kliwon: Watak, Nasib, dan Petunjuk Hidup Menurut Primbon Jawa Kuno

Table of Contents

Ungkap rahasia Primbon Jawa kuno! Temukan ramalan nasib & watak berdasarkan weton kelahiran, dari Sabtu Kliwon hingga primbon khusus adu jago.


BABAD.ID | Stori Loka Jawa - Dalam kebudayaan Jawa, Weton bukan sekadar penanda hari lahir, melainkan sebuah peta kehidupan yang diyakini membawa wawasan mendalam tentang karakter, nasib, dan jalan hidup seseorang. Salah satu weton yang paling istimewa dan sering dianggap memiliki kekuatan spiritual tinggi adalah Sabtu Kliwon.

Artikel ini akan mengupas tuntas segala aspek mengenai weton Sabtu Kliwon secara komprehensif, berdasarkan data otentik yang digali dari naskah kuno seperti "Serat Primbon Pawukon Bayi Lahir" dan kitab petangan lainnya. Informasi yang disajikan merupakan warisan turun-temurun yang telah menjadi pedoman bagi masyarakat Jawa selama berabad-abad.

Watak dan Karakter Utama Weton Sabtu Kliwon

Menurut Primbon, kepribadian seseorang dengan weton Sabtu Kliwon dibentuk oleh berbagai elemen kosmologis, mulai dari wuku, dewa yang menaunginya, hingga lambang-lambang alam yang menyertainya.

1. Di Bawah Naungan Wuku Julung Pujut dan Dewa Betara Resi

Orang yang lahir pada Sabtu Kliwon berada di bawah naungan Wuku Julung Pujut, yang memberinya karakter dasar periang dan tenang. Pengaruh ini diperkuat oleh Batara Resi sebagai dewa yang menaunginya, yang menganugerahkan sifat-sifat luhur seperti:

• Sabar dalam menghadapi segala persoalan.

• Tidak menelan mentah-mentah pengaduan atau pembicaraan orang lain, menandakan kebijaksanaan dan kemampuan analisis yang baik.

• Gemar menyepi, menunjukkan kecenderungan untuk introspeksi dan mencari ketenangan batin.

• Setia kepada raja (pemerintah), menunjukkan loyalitas yang tinggi.

2. Lambang dan Simbol Alam

Karakter Sabtu Kliwon juga digambarkan melalui simbol-simbol alam yang unik:

• Lambang Burung: Burung Kedhana (Kendhasih), yang melambangkan sifat pendiam, kegemaran hidup di kota, dan tidak memiliki hobi khusus.

• Lambang Pohon: Pohon Rembayut, yang daunnya tidak rimbun. Ini dimaknai sebagai sifat tidak suka ditumpangi oleh sanak kerabat.

• Lambang Gedung: Gedung yang menghadap ke bukit, menyimbolkan bahwa orang Sabtu Kliwon memiliki cita-cita yang tinggi dan selalu mengharapkan kebahagiaan, meskipun mungkin tidak bergelimang harta benda.

3. Sifat Tambahan dari Hari Sabtu dan Pasaran Kliwon

Secara terpisah, hari Sabtu dan pasaran Kliwon juga memberikan lapisan karakter tambahan:

• Pengaruh Hari Sabtu: Diibaratkan seperti angin topan, yang maknanya sering kali dibenci sekaligus disegani orang banyak. Namun, mereka sangat cekatan dalam pekerjaan.

• Pengaruh Pasaran Kliwon: Diibaratkan memiliki perilaku "penjahat", yang artinya memiliki sisi baik dan buruk yang kuat. Dilambangkan dengan binatang anjing dan kera, mereka cenderung tinggi hati namun juga banyak mendapat keuntungan. Sifat buruknya bisa muncul, namun jika diperlakukan baik, mereka bisa sangat jinak dan setia.

Ramalan Nasib dan Perjalanan Hidup Sabtu Kliwon

Primbon Jawa juga memetakan perjalanan hidup weton Sabtu Kliwon dalam beberapa fase usia, yang menunjukkan adanya pasang surut keberuntungan.

Berikut adalah ramalan nasib berdasarkan tahapan usia:

• Sejak Lahir hingga Usia 18 Tahun (Untung): Masa ini digambarkan sebagai periode yang penuh keberuntungan.

• Usia 19 hingga 30 Tahun (Jaya): Ini adalah puncak kejayaan, di mana usaha-usahanya selalu berhasil dan disegani oleh sesama.

• Usia 31 hingga 45 Tahun (Bencana): Merupakan fase yang penuh tantangan, rintangan, dan kegagalan. Apa yang diusahakan sering kali mengecewakan.

• Usia 46 hingga 60 Tahun (Sri): Kehidupan kembali membaik, diibaratkan seperti tanaman yang sedang berbunga. Ini adalah masa hidup senang, tenang, dan hubungan keluarga yang serasi.

• Usia 61 hingga 75 Tahun (Rejeki): Di usia senja, mereka akan selalu dicukupkan rezekinya dan hidup dalam ketenangan.

Aspek Spiritual, Kelemahan, dan Usaha Penangkal

Setiap weton memiliki potensi kelemahan atau "ringkel" yang perlu diwaspadai. Usaha penangkalnya pun telah diwariskan secara turun-temurun.

• Ringkel (Potensi Kelemahan): Kelemahan utama Sabtu Kliwon adalah "kurang ingat, hati-hati suka mengadu". Ini bisa diartikan sebagai sifat pelupa atau ceroboh, serta kecenderungan untuk mengeluh atau bahkan mengadu domba jika tidak berhati-hati.

• Usaha Penangkal Bala: Untuk menghindari malapetaka, disarankan melakukan ritual penyucian diri, yaitu: mandi suci dengan air dari sumur yang ditempatkan di dalam belanga baru. Saat mandi, dianjurkan mengenakan kain berwarna dasar putih. Sesaji yang menyertai berupa seekor kambing yang tidak disembelih.

Panduan Rezeki, Pekerjaan, dan Kesehatan

Primbon juga memberikan petunjuk praktis mengenai aspek-aspek duniawi bagi pemilik weton Sabtu Kliwon.

• Pekerjaan yang Cocok: Rezeki mereka akan mudah didapat dari usaha berjualan kain dan barang-barang pecah belah yang terbuat dari tanah (gerabah).

• Penyakit dan Penyembuhannya: Penyakit yang biasa diderita terletak di bahu sebelah kiri. Obat tradisionalnya adalah ramuan dari gandum, adas pulasari, dan bawang merah yang dilumatkan lalu dioleskan pada malam hari.

• Pakaian dan Jimat:

    ◦ Pakaian: Dianjurkan untuk sering mengenakan kain berwarna putih.

    ◦ Jimat: Jimat yang cocok adalah lempengan perak yang ditulisi rajah menggunakan tinta.

Perhitungan Lainnya dalam Primbon

Selain ramalan di atas, kitab petangan juga menyediakan perhitungan lain yang relevan bagi Sabtu Kliwon:

• Perhitungan Hari Baik (Pantja Soeda): Dalam perhitungan untuk menentukan baik buruknya hari, kombinasi Sabtu (neptu 9) dan Kliwon (neptu 8) menghasilkan jumlah 17. Jumlah ini jatuh pada kategori "Goeroe", yang menandakan hari tersebut adalah hari baik.

• Arah Keberuntungan (Pantja Dria): Untuk hari Sabtu Kliwon, arah mata angin memiliki pengaruh berbeda:

    ◦ Baik dengan Sri (kesejahteraan): Arah Utara.

    ◦ Banyak Kesusahan: Arah Timur.

    ◦ Baik dengan Rezeki: Arah Selatan.

    ◦ Mendapat Celaka: Arah Barat.

Weton Sabtu Kliwon, menurut sumber-sumber primbon kuno, adalah perpaduan unik antara ketenangan, kesabaran, dan cita-cita yang tinggi, namun juga diiringi sifat keras kepala dan potensi dualisme karakter. Perjalanan hidup mereka diprediksi mengalami dinamika yang signifikan, dengan puncak kejayaan di usia muda dan masa sulit di pertengahan hidup, sebelum akhirnya menemukan ketenangan dan kesejahteraan di hari tua.

Informasi ini hendaknya dipandang sebagai warisan budaya luhur yang kaya akan kearifan lokal. Ia dapat menjadi cermin untuk introspeksi diri dan panduan untuk menavigasi kehidupan dengan lebih bijaksana, selaras dengan nilai-nilai tradisi yang diwariskan nenek moyang.***

Posting Komentar